Rindu Ramadhan
Anginnya perlahan menyapu pipi, perlahan-lahan hati, jiwa, rasa lentur dengan keegoan. Tidakkah kau dengar panggilannya, tidakkah kau menghidu bau harumannya, tidakkah kau lihat langit dan awan gemawan mengapung-apung melebarkan sayap dan tangan luas tanpa selindung. Dan jatuh tanpa disedari lagi air mata kerinduan, pada yang hak, yang memberi makna, makanya kita berdiri di pintu rahmat dan keampunan ini lagi. Tidak mungkin ia datang saja-saja, tanpa mengetuk pintu kenangan dengan menghimpit yang menyesakkan dada dan rindu. Rindu,rindu padamu. Kita tidak mengulang lagi, sejarah di laluan Mubarak dengan segala-dengan segala. Malam-malam menjengah bulan Lailatul Qadar disirami air dari langit yang gembira menyambut, sehingga membasah pipi air dari langit rindu. Pejamlah mata, dengar bisikan hati, kiriman keikhlasan dari kejauhan ini.